Orang-orang Jogja-Solo dan Falsafah Jawa
Manusia dilahirkan dengan keberagaman.nya, segala.nya serba beragam
dimulai dari tampang, keyakinan dan tentu saja sifat, sifat juga membawa
kita menggolong kan manusia dengan sebuah sebutan ada yang baik, ada
yang jahat, adapula yang tidak peduli dengan apapun, tentu saja
perspektif baik, jahat dan lainnya adalah soal dari mana kita menilai
dan mentelaah sifat sifat tersebut, namun perihal perbedaan sudut
pandang bukanlah hal yang akan dibahas namun sebalikya, persamaan
menilailah yang akan dicoba dibicarakan, orang orang indonesia khususnya
yang hidup di jawa tentu tahu Jogjakarta dan solo, 2 wilayah yang
dengan kedaerahannya mampu unjuk gigi sebagai wilayah wilayah yang
dicibir sebagai wilayah yang sangat nyaman untuk bermukim dan juga
bertempat tinggal, untuk kebutuhan pangan? jangan tanya karena disana
basisnya makanan dan jajanan murah, untuk kebutuhan sandang.nya ada yang
tidak pernah mendengar joger? Atau membaca tulisan the spirit of java?
Dan untuk sifat dari orang orangnya Kita bisa melihat, hampir di semua
wilayah di-Indonesa, ada saja orang-orang joga-solo. Sebagian dari
mereka sukses, sebagian lain cukup sukses, sebagian lain tentu saja
tidak sukses.
Pernahkah anda bertanya mengapa begitu banyak orang-orang Jogja ataupun Solo bertebaran diIndonesia, dan sepertinya bisa begitu mudah menyesuaikan diri dengan sistem kehidupan di daerah daerah lain.
Pertanyaan lanjutannya adalah, pernahkah juga anda bertanya kenapa orang-orang asal daerah ini tidak pernah terdengar berperilaku layaknya primadona?
Ya, Orang-orang Jogja-Solo memang terkenal khas: santun, rendah hati, tekun, dan pekerja keras serta tidak punya kompleks inferior maupun superior. Mengalir. Ada yang menyebut mereka dingin. Saya lebih senang menyebut mereka tenang tanpa gejolak.
Tetapi jika diperhatikan bukan hanya dikehidupan bermasyarakat saja mereka memiliki mentalitas serupa tersebut. Dikehidupan elit yang semestinya wajar jika ada sedikit cuatan keangkuhan ego(keaku-an), banyak contoh yang mewujudkan sebaliknya, nama nama tenar seperti Gesang, Didi Kempot, Jokowi, Nunung, Sri-Sultan Hamengkubuwono, dan personil personil Band Letto adalah Gunung Es dari keseharian. Tak hendak cair oleh situasi apapun
Jadi dari mana asal mental dan perangai kebersahajaan kolektif khas Orang-orang Jogja-Solo ini?
Saya berasumsi awalnya pastilah kearifan lokal untuk menghadapi kehidupan khas kawasan itu yang secara pelan dan turun temurun diwariskan dan kemudian terumuskan menjadi nilai. Tetapi saya baru mengerti perumusannya ketika seorang teman baik asal Solo menceritakan tantang 10 falsafah Hidup Jawa
1. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).
2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
3. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).
7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka).
9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).
Intinya, semua prinsip ini selalu berbenturan dengan prinsip egaliterianisme yang ekstrim untuk menjaga harmoni: jangan pernah berpikir kita ini spesial atau lebih baik dari yang lain; jangan pernah berpikir kita lebih pintar dari orang lain, lebih penting dari orang lain; jangan menggurui orang lain, mentertawakan orang lain. Kota Jogja dan Solo menggariskan bahwa eksistensi keakuan itu tidak ada, sementara harmoni sosial dan konformitas adalah segalanya.
Setelah membaca prinsip itu , saya bukan hanya kemudian lebih memahami mengapa ada sikap kebersahajaan kolektif yang kuat dari penduduk Jogja-Solo, tetapi jadi lebih mengerti mengapa semua Orang-orang Jogja dan Solo menganut sistem Kesejahtraan, dan paling sukses menerapkannya di Indonesia. Itu karena kesejahtraat mensyaratkan prinsip sama rasa sama rata, hal itu telah menjadi insting hidup bagi kawasan ini.
Ketika saya berterima kasih kepada teman asal Solo yang memberitahu prinsip hidup tersebut, ia hanya mengatakan, "it's a good princip (prinsip bagus)" tanpa kemudian mengelaborasikan, menanyakan pendapat saya atau (apalagi) menceramahi saya tentang kultur di Jogja maupun di Solo.
Justru ketika kemudian saya bercerita dengan rasa kekaguman dan keirian setelah membaca prinsip itu, ia membalas tanpa mengesankan ironi. "Mungkin benar demikianlah kami orang Solo ini. Tetapi juga membuat kami terpenjara bahwa seolah-olah kami harus bersikap seperti yang terumuskan dalam prinsip itu."
Saya sulit memaknai pernyataan teman saya itu, apakah sebuah kebersahajaan sikap, keluhan atau sekadar memaparkan fakta akan perasaan orang Solo pada umumnya. Karena jawaban serupa juga saya dapatkan dari rekan-rekan saya lainnya yang berasal dari kawasan itu setiap kali mencoba membahas tentang Prinsip Orang Jawa ini.
Saya jadi teringat sebuah program dokumenter sebuah televisi swasta yang dibuat oleh seorang juru masak (chef) yang melakukan perjalanan kuliner ke Jogja. Setelah mengunjungi daerah-daerah Jogja, mencoba masakannya, menyelami kehidupan sosial politiknya, memahami kebudayaannya, dan tentu saja membahas tentang prinsip hidup jawa, sang juru masak itu menyampaikan kesimpulannya. Salah satunya: "javanish are famous for not being famous (Orang Jawa terkenal dengan keengganannya untuk menjadi terkenal)." Sebuah pernyataan yang mewakili kekayaan spektrum kebersahajaan.
Tak heran kalau Gesang, pencipta maha karaya lagu bengawan solo, tak banyak diingat. Ia enggan dikenang dan dikenal seperti orang Joga maupun Solo pada umumnya.
source : https://www.facebook.com/notes/mochammad-badru-zaman/orang-orang-jogja-solo-dan-falsafah-jawa/10152217397513251
saya tinggal di solo hampir 4 tahun, saya dulu punya temen deket asli orang solo, awalnya dia baik tapi ternyata tidak baik, bahkan sangat tidak sopan, bahkan terhadap ibu saya juga tidak sopan, kelihatannya lemah lembut, baik, ramah, santun tapi ternyata tidak, ketika ada masalah bukannya terbuka membicarakan secara baik-baik berdua agar clear, tapi malah membicarakan masalah itu ke orang-orang lain. sehingga orang lain terpengaruh dan terprovokasi dengan omongan dia dan jadi sebel ke saya. saya sangat terkejut ternyata sifat aslinya seperti itu. kalau di depan teman-teman dia sangat pandai berlemah-lembut tapi dibelakang menjelek-jelekan orang lain, bahkan dari omongannya bisa membuat orang lain jd ikut membenci orang lain. saya berteman bertiga, kalau dia sedang bersama saya dia baik ke saya dan sering ngomongin kejelekan temen saya yang satunya ke saya, begitu pula sebaliknya ketika dia bersama teman saya yang satunya itu dia juga menjelek-jelekan saya. terus terang baru di solo ini saya bertemu dengan teman yang seperti itu. saya kecewa berat, saya kira dia baik ternyata lain di mulut lain di hati. engga mau ngomong terus terang tapi ngomongin di belakang.
BalasHapusKok ada ya, orang Jawa Tengah yang sifatnya seperti itu.. Bener2 heran saya..
HapusLah ko pengalaman anda sama ya dengan pengalaman saya. Makanya jangan tertipu sama penampilan wkwkwkwkwk jadinya sial kan; yang terpenting itu adalah isi hatinya bagaimana, bukan kulitnya. Jangan tergesa-gesa langsung menilai orang dari luarnya yang bicaranya sopan lah, gesturnya lembut lah, dll. Kita tidak tahu kan isi hatinya bagaimana, apalagi kalau belum bergaul.
HapusDulu juga saya suka diberitahu jangan berteman sama orang Batak, karena blablablablabla, eh ternyata setelah bergaul dengan orang Batak, tidak seperti yang dikatakan mereka-mereka. Kulitnya aja yang kasar, tapi isi hatinya lembut selembut sutera.
Saya tidak berniat menjelekkan ataupun membaguskan. Setiap orang dari daerah atau suku manapun pasti ada yang bersifat butuk. Jadi tidak dapat dipukul rata.
HapusDan artikel ini adalah pengalaman seorang teman saya (link asli sudah saya cantumkan)
Jadi mohon jangan menganggap semua irang solo buruk. Dan tidak semua orang solo baik juga.
Terimakasih
Saya orang sumatra,Sama kayak saya gan ceritanya diajakin menyelesaikan masalah berdua 9999999 alasan kalau sama massa berani nya luar biasa, dan yang saya anehnya massa tersebut mudah sekali dihasut dan ujung2nya ribut mulut dan mudah mencari alasan padahal dia yg salah / ga sportif gamau mengakui kesalahannya
Hapussaya juga dari suku jawa tapi bukan dari wilayah solo/jogja.saya tidak pernak cocok bila bergaul dengan teman"terutama yang dari wilayah solo.munafik,mengangap dirinya ningrat,merasa paling bener,palig halus budinya,paling ramah dll.tidak mau mengakui kesalahan/kekelahan.suka megorbankan orang lain demi keselamatan sendiri itu sisi yg selalu saya temui.
Hapussetuju
HapusMemang si mulut besar ya orang-orang sana. dari kasus harga yang mahal disalah satu tempat wisata sapai becaknya atau kasus cewe orang batak lah, mahasiswa yang ditilang polisi sampai orang papua. semua mereka nilai salah dan gada yang bener.Dan mengajak orang lain dengan berfikir dengan logika yang mengada-ngada.Pemutar balikan fakta paling jago mereka. TAPI YANG PALING ANEH KENAPA SETIAP KASUS PASTI YANG DI BAWA-BAWA ADALAH "WARGA" berarti tidak hanya satu dua orang oknum yang membuat seseorang menjadi kesal tapi semua orang disana bikin kesal. sok berani tapi tidak berani, orang marah malah main mulut di pukul malah ngomongin kejelekan yang berlebihan. haduh ngesilin banget memang orang-orang disana.makanya hati-hati dengan omongan ramah tamah lah.justru yang paling songong tuh penduduk asli sana. saya kenal dengan beberapa orang ambon, papua, batak sunda sampai lampung dan bali semua baik saja.banyak orang yang mengutarakan isi hati dan pengalaman disana yang sangat tidak menyenangkan. hati-hati saja kalau membaca artikel yang menyebutkan kota yang inilah itu lah ramahlah senanglah betahlah. itulah cara mereka mengaet pariwisata semuah penuh dengan kebohongan.hati-hati
HapusIyaa mas saya asli Magetan orang solo sekitar begitu sependapat sampean
HapusMungkin dimana2 ada juga yg bgitu...tapi bukan berarti hantam kromo
BalasHapussemua itu adalah karakter baik orang Jogya Solo pada umumnya, namun jika ada yang tidak berbudaya atau berkarakter seperti itu ya wajarlah, karena setiap manusia adalah unik, tapi pada dasarnya orang Jogya Solo adalah ramah, santun dan berkarakter baik.
BalasHapusHmm prinsip di atas memang benar adanya dan sudah mengalir dari generasi ke generasi tp yang namanya sifat manusia itu pemberian tuhan yang sudah pada porsi indivualnya , kenapa sih ada benar dan ada salah , Kenapa sih ada baik dan buruk ,coba deh bayangin jika semua manusia di dunia hanya punya 1 sifat dan samarata . xixiixi pasti gk enak tuh,dunia nya gk imbang dan monoton makanya ada utara selatan, ada plus minus . selain itu menurut saya juga adanya karena dampak kebudayaan orang luar yang masuk ke daerah jogja solo secara berbondong-bondong entah pendidikan lah, bisnis men lah,liburan lah, tetebengek lah dan akhirnya bersosialisasi dengan orang jogja solo. Yah inti nya lama kelamaan orangorang jogja solo hilang jawanya karena dampak tadi (yang orang jogja solo asli pasti tau perbedaan dulu pas kalian kecil sama sekarang,kalo masih gak tau saya kasih clue:tugu jogja) semoga kritis dan menilai secara obyektif bukan subjektif
BalasHapusMas ngomong2....."Cilacap " Itu Ada Dimana ya?
BalasHapusora ngerti cilacap..yuh tak ajak maring nusa kambangan ben ngerti..tak tidokna mengko hahaha...btw aku orang campuran nyokap cipacap bokap solo..tapi adem ayem aja bokk..memang kalo orang solo egonya rada tinggi
Hapusora ngerti cilacap..yuh tak ajak maring nusa kambangan ben ngerti..tak tidokna mengko hahaha...btw aku orang campuran nyokap cipacap bokap solo..tapi adem ayem aja bokk..memang kalo orang solo egonya rada tinggi
HapusMasyarakat multikultural :v
BalasHapusMasyarakat multikultural :v
BalasHapusorang solo nyusahin... penipu
BalasHapusSaya punya senior di tempat kuliah saya. Cewek dari Jogjakarta. Kita sama-sama menjabat di organisasi mahasiswa. Cara bicara lemah lembut tapi masyaAllah pedasnya. Klo ngomong kayak orang punya jabatan paling tinggi, paling dihormati. Wataknya keras banget. Klo dia buat salah, gak mau ditegur. Ngejawab terus. Selalu merasa benar karena dia senior paling lama di kampusku. Saya dan dia sering datang awal, bahkan dia yang lebih dulu datang awal. Tapi, klo nyiapin kelas, dia gak mau turun tangan alias kecapekan. Kelihatan banget takut tangannya lecet. Dia selalu bilang saya keras kepala dan sering teledor. Tapi, dia sendiri gak pernah melaksanakan tugasnya dengan baik. Saya heran, ngomong baik-baik aja gak didengarkan apalagi klo saya ngomong tegas (saya asli Surabaya) beuuuhhh malah dia senang ngajak ribut saya.
BalasHapusSaya orang Solo yang Besar di kota lain , surabaya dan Pekanbaru
BalasHapusNamun setiap kali pulang ke solo selalu takjub dengan keramahan Masyarakatnya, walaupun saya pikir emang isi hati mereka terkadang tidak sesuai dengan keramahanya.
Namun yg saya sadari, Budaya adalah bukti sejarah masa lalu. dan sifat seseorang sangat berbeda jika di kaitkan dengan budaya.
karna setiap orang bebas punya sifat yang baik dan buruk. namun berbudaya sebagai bentuk manusia yang bermasyarakat.
saya juga orang merasa jahat.
Namun saya suka dengan Cara interaksi mereka..
Salamm... hehehe
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPengalaman dg be"rapa orang jateng (bkn yg ngapak lo ya) maph lo ya bknx rasis,,
BalasHapusMank dri segi bhasa lbh santun, tp sifat yg kyk blangkonx itu yg bkin q g suka
Mreka tu klo g stju g mw ngmong, diem aj manggut" gliran orgx dah prgi eh jelek"in d belakang, gliran d tegesin d dpn yg alus"nya klwr pake acara nangis segala pula,
G usalha bgitu, g suka bilang aj d dpn
G usa omong yg aneh" d blkg, smw org d bhas tp nti d tegesi alus x klwr
Oalah repot mungsuh orang gitu!
Ngomong opo sampean kui??
HapusNgomong opo sampean kui??
HapusSaya asli jogja, dan memang benar orang jogja kebanyakan sopan, santun, pemalu, tp tidak semuanya seperti itu, seperti saya. Saya adl orang jogja yg gak suka ngomongin di belakang, saya selalu ceplas ceplos ngomong apa adanya, tp temen2 yg juga asli jogja malah gak suka, ktnya malah nyinggung hmmm
BalasHapusCeplas ceplosnya orang jogja itu menyinggung sukanya, tidak seperti jatim ceplas ceplos tapi tepat.
HapusHmm sedang mengalami nih.. sy skrg Kontrakan rumah di jogja. Tetangga sebelah rumah saya selalu ngeluh tangki air Kontrakan saya bocor Dan mereka ketumpahan. 1x 2x saya sungkan trus saya hampiri buat minta maaf dan sy tawarkan unt keringkan baju2nya kalo ada yg kebasahan. Di depan sy senyum2 bilang "ah ndak usah mbaak.." ..eeheeh besok paginya, dia ngomongin sy ke org gang sebelah. Dikira sy ga ngerti..padahal ibu sy asli solo Dan di rumah tiap he ngmg bhs Jawa ke mbak asisten di rumah. Dibilang2 sy pelit ga mau padang alarm air lah....apa lah..
BalasHapusHabis itu Saya selalu matikn air 5 menit sebelum full. Suatu harii.diteriakin air bocor!! Gedor2 pintu samping. Pdhl wktu itu sy matikn 10 menit sebelum krn pas may pergi. Daaaaan taunya memang hujaaan! Saya hampiri lagi beliau "maaf Pak, ini hujan lho Pak.. tolong pastiin cuaca dulu nggih Pak.. Saya kalo udh 2x kena tegur Dan salah, ndak akan saya ulangi Pak..hahaha" Dengan nada sesantun mgkn sambil ketawa. Dan dia minta maaf pun tidak, malah bilang
"Yhaa ndak usah jd masalah mbak gini2an..disini orangny sante2 kok..biasa teriak2.."
Tanpa seucap maaf.
Lagi2, di depan doang senyam senyum2.
Besok ya, ngomongin ke tetangga "iku mbak e tonggo anyar dibengok sitik nesu-nesu wae.."
Lha, padahal sy ngmg baik2 lho nada bicaranya. Dan sebelum pamit, Saya katupkan tangan Dan bilang "terimakasih Pak.."
Setelah itu, dia selalu ngomongin sy ke orang2., Pokoke diganggu terus. Orang2 lain juga ya kok percaya aj ya, ga klarifikasi ke saya.... ah ternyata begini aslinya :(
Saya ngalamin beginian di Jogja 4th ini..
HapusSmpe skrg ditempat kerja/rumah orqng2nya sama...sok baik d depan tp ngomongin d belakang..
Sbnrnya orgnya sih itu2 ja..tp koc percaya jha mreka tu..
Dikerasin jha skalian d dpan nya..AQ yakin lgsg klekep gak berani ngapa2en..
wkwk. gue jadi nyadar, w orNg jogja , kalo orang jawa terutama jogja solo jatim , orang sebrang rasis sama kita. ga dimana2. mungkin jealous dan hanya ketemu orang2 jawa bersifat jelek/buruk. bodoh amat si gue.yg penting w ga kaya gitu. banyakan orang sebrang sotoy, gaya omong keras tapi ga tau sebab. so, kita mending diem daripada berdebat dg orang yg susah ssusah otaknya u/ legowo/ mendengarkan saran orang lain
BalasHapusPernah. Saya orng luar pulau jawa. Berniat beli baju waktu itu. Saya yg lumayan cukup dikittt lama tinggal di solo... berusaha menggunakN bahasa sesopan dan sehalus mungkin pada si penjual. Krna orgnya lagsung nawarin liat aja dlu mba. Sini masuk aja mba. Coba aja dlu mba.. aku coba kan. Aku tanya hrga.. trus aku berniat kliling dlu .. tpi sebnrnya udah jatuh cinta bgt sama baju itu. Dlam hati; ini walau dpat yg lain aku ttp pengen yg ini.. aku bilang lagsung sama penjualnya. Bu tak kliling dlu ya.. lha gk jadi tho. Aku jwab nnti bu. Ibu nya diem trus beres baju itu. You know what.. tiba2 dia bilang gini= tggal di mana.mb? Aku bilang dgan polos. Di *&#£&@&@... ho.. kok gk pke bahasa jawa. Lain kali pke bahasa jawa gk sopan. SUMPAH! Sejak kpan bahasa jawa jadi parameter bahasa sopan internasional. .. habis itu gua udah dongkol abissss.... gk mood gk minat bli lagi. Barang bagus jadi kliatan jelek! 1000% .. maafkan aku .. aku hanya numpang crita.. masih ada pengalaman nyebelin lainnya.. tpi gk sedikit pengalaman baiknya.. contohnya.... ehmm.. dpat porsi banyak setiap bli makan dimanapun kau berDa. Kecuali mall dan resto. Ramah2 mereka kadang juga buat saya yg lagi galau seneng juga di ajak bicara di mobil. . Mkasih solo. Banyak pelajaran yg aku dpat. .
BalasHapusmbendol buri sesuai sama blangkonnya
BalasHapusYang pernah makan, minum, tidur, mandi, bernapas, bebuang, berwisata, atau bahkan telah mencapai strata pendidikan tertentu di Jogja/Solo, jangan keras2 ya. Anda pernah menikmati itu semua. Jangan lupa bersyukur.
BalasHapusSoal pengalaman2 komentator di atas, berarti cara pandang Anda emang begitu. Cara pandang yang justru nggak sesuai dengan realita kehidupan masyarakat Jogja/ Solo. Intine ora manjing, ajur, ajer.
Izin masuk min..
BalasHapusSalam santun teman2..
Mau ngasih pengalaman nih karakter orang solo dan jogja.
Saya dijogja dari 2011 sampai 2019, lalu di solo 2019 pertengahan akhir sampai sekarang.
Kalau dijogja emang rata2 kebabyakan pendatang yahh, tapi selama saya dijogja masalah2 memang buanyak sekali (yahh namanya hidup 😂).
Kalau karakter orang jogja itu uwihh baik2 buanget lohh shayy..beber2 baik asli. Menurutku sih bukan bermuka 2.
Kalau karakter orang solo, walah dalah astaghfirullahadzim (ngelus dada🤫😵) halus, sopan, punya adab kalau berbicara, bahkan bisa buat orang nyaman TAPI nusuk shayy sukak ngejelek2in orang lain dibelakang, merasa ningrat dan ga level main sama yang ga ningrat,Rata2 begitu..
Untuk budaya jogja solo itu 11 12 tapi untuk kebersihan kotanya dipastikan jogja paling bersih.
Izin masuk. Saya pusing tinggal di solo selama jadi mahasiswa. Blas ra penak. Bukan tempat yang nyaman untuk ditinggali.
BalasHapus