Share Your Hobby!

Sabtu, 06 Oktober 2012

NELLA DAN RENE

20.12 Posted by SakhaN , No comments

Mendung menggantung di langit-langit kota. Tak lama, hujan turun. Nella menggerutu. Ia baru saja melangkah keluar dari sebuah SMA. Mukanya mengerut, menandakan sebuah emosi yang terpendam. Ia menghentikan bus dan segera masuk. Ia duduk terdiam di kursi depan.
Diabaikan keramaian terminal, yang ada dalam pikiran Nella saat ini berlari menghindari hujan agar sampai di halte terdekat dan berteduh disana. Beberapa bus yang melewatinya tak dihiraukan. Menunggu hujan reda dia kembali melamun, tapi hujan justru turun semakin deras.
Seakan Tuhan mengirimkan pertolongannya, Nella melihat beberapa anak kecil bermantel berlarian membawa payung besar. Nella tak mengerti apa yang dilakukan anak-anak itu, hingga seorang anak perempuan berambut panjang berjalan ke arahnya.
“Mau nyebrang, Kak?” anak itu bertanya pada pria di sebelah Nella.
Pria itu tidak menjawab.
“Bagaimana, Kak? Seribu saja, Kak.” Anak itu tidak menyerah.
Nella mendekatinya.
“Dik, boleh sewa payungnya? Daripada kecapaian merayu manusia tak bertelinga.” Pria itu tampak tersinggung. Mereka berdua segera meninggalkan pria itu.
@@@


Maghrib Nella baru sampai rumah. Tubuhnya basah kuyup. Ia memasuki rumahnya melalui pintu belakang dan segera menuju kamar mandi. Langkahnya terhenti, sayup-sayup terdengar suara tangisan. Ia mengendap ke asal suara. Dilihatnya ibu menangis dalam pelukan ayah.
“Apa kau bertemu Redo, Nella?”
“Tidak, Bu. Aku pikir ia sudah pulang.” Nella tak mengerti apa yang terjadi. Ia tahu sesuatu telah terjadi pada adiknya. Ia termenung teringat kembali perkataan teman Redo. Redo nggak masuk, Mbak.? Kemana dia, sakit.?
Ingin rasanya dia bicara tapi Ayah lebih dahulu mengisyaratkan agar Nella segera pergi. Tampak ayahnya tak ingin Nella menambah kecemasan ibunya, ia hanya bisa menurut. Ia segera mandi.
@@@
Seminggu Redo tidak pulang. Keluarganya sudah berusaha mencari dengan berbagai cara tapi gagal. Teman-temannya tidak ada yang tahu. Bahkan polisi tak bisa diandalkan lagi.
Hujan kembali mengguyur kota. Nella lagi-lagi terjebak di halte. Tapi Nella tak lagi merasa cemas. Kini ia sering menyewa payung anak itu. Namanya Rene. Ia juga semakin akrab dengan Rene. Rene menyewakan payung bersama anak-anak yang lain. Ia tinggal dengan ayah angkatnya yang sakit-sakitan. Ia selalu berkata padaku, “Ayah angkatku Islam, berbeda denganku, tetapi aku sayang padanya.”.
Hari ini Nella kembali diseberangkan Rene. Tapi ada yang janggal baginya. Rene tampak melihat jam tangan Nella terus-menerus.
“Ada apa?” tanya Nella perlahan.
“Jam tangan Kakak Bagus!”
“Kau suka?”
Rene hanya tersenyum. Nella teringat sesuatu segera diambil barang yang dia simpan dalam tasnya. Sebuah jam tangan bersabuk sutera.
“Ambillah!”
Rene tersenyum, ia tampak ragu-ragu menerimanya.
“Kak, Ayah bilang, ‘kita harus membalas perbuatan orang lain, karena Tuhan pun mau membalas kita.’ Jadi, kakak mau ke rumahku kan? Sebagai balasannya?”
Nella mengangguk. Rene tampak senang. Disimpannya jam tangan itu kedalam saku, segera dia gandeng tangan Nella menyusuri jalan, Nella enggan memakai payung Rene sendiri. Dipayunginya tubuh mereka. Mereka menyusuri sebuah gang kecil. Beberapa kali Nella melompati genangan air. Nella terdiam melihat malaikat kecil di sampingnya, yang tetap berjalan lurus, meski ada genangan air.
Mereka berdiri di depan gubuk kardus, Rene sudah menghentikan langkahnya.
“Ini rumah kamu?” tanya Nella tidak percaya.
“Yap!” Rene menjawab dengan wajah ceria. Nella tak percaya, malaikat kecil yang baik hati hanya tinggal di ‘istana’ kardus.
“Oh ya, Kak. Sekarang aku punya kakak baru lho….”
“Kakak baru?” Nella tak mengerti.
“Namanya kak Redo.”
Nella teringat adiknya, Redo. Sebuah pikiran terbesit dalam pikirannya.
“Dimana kamu kenal sama Kak Redo?”
“Ummh….. dia aku temukan di jalan. Sebenarnya dia korban kecelakaan, tapi…..”
“Apa?!” tubuh Nella menegang. Ia berlari ke dalam rumah itu. Dalam pikirannya, Redo yang dikatakan Rene adalah Redo adiknya. Segera ditarik pintu rumah kardus di hadapannya dan……….
“Haaa!” seorang pria tua mengagetkannya. Tubuh Nella melemas. Ia tak dapat bergerak. Diurungkan niatnya masuk ke gubuk tersebut.
“Ninik! Ninik!” teriak laki-laki itu dari dalam rumah. Di belakangnya seorang anak muda berusaha menahannya. Dia…..REDO!!
Rene memapah tubuh Nella masuk ke rumahnya. Rumah itu tampak sempit dan pengap. Di ujung rumah yang hanya terdiri satu ruang ini, seorang pria tua duduk dalam pasungan. Rene berjalan mendekati Nella bersama anak muda tadi.
“Kak, ini Kak Redo. Dan itu Ayahku.”
Pemuda itu mengulurkan tangannya pada Nella. Nella segera bangkit dan memeluk pemuda itu. Pemuda itu tampak tak mengerti apapun, Nella semakin sedih.
“Ren, ceritakan pada ku! Bagaimana kamu tahu namanya! Dia tak ingat apapun.”
“Kak! Kak Redo hilang ingatan. Aku tahu namanya karena ini.” Rene memperlihatkan padaku sebuah kartu pelajar. Kartu itu terpotong setengah.
“Tak ada barang lain?.”
@@@

Sebuah mobil berhenti di depan gang kumuh. Sepasang suami istri berjalan memasuki gang itu. Mereka berhenti di depan sebuah rumah kardus. Seorang gadis menatap mereka.
Nella memandang kedua orangtuanya yang berjalan mendekatinya.
“Nell, di mana…..??”
“Ada yang ingin bertemu Ibu!” Nella memotong kata-kata ibunya dengan ketus. Nella hanya menunjuk pintu di belakangnya. Pandangan ayah dan ibunya langsung tertuju ke arah yang ditunjuk Nella.
Dari balik pintu itu, Rene keluar. Diikuti Redo bersama seorang pria tua yang dipasung. Pria itu meronta-ronta begitu melihat ibu Nella.
“Ninik! Ninik!” pria itu merangkak ke arah ibu. Ibu hanya terdiam dan memandang ayah.
Ayah menunduk membisu.
Nella merasa terharu. Di belakangnya, Rene meronta dalam pelukan Nella.
PLAK! Sebuah tamparan mengenai ayah. Muka ibu memerah. Ayah diam, pipi kanannya merah. Ibu berlari dan memeluk pria tua itu.
“Mas! Kenapa kau tipu aku?” ibu menangis.
Ayah terdiam.
“Dia masih hidup, Mas!”
“Yah! Siapa dia?”
“Nel, dia.. Ka.. kekmu.”
Nella tak bergeming. Dia pandangi ayahnya dengan beribu-ribu pertanyaan yang berkecambuk dalam hatinya. Tiba-tiba ayahnya berlari kencang.
“JAKET HITAM!!!!!!!” tiba-tiba Rene berteriak.
Dari berbagai arah muncul puluhan anak-anak. Mereka mengepung ayah Nella. Dia berusaha melawan tapi akhirnya menyerah. Mereka membawa ayah kepada ibu, ibu tak menoleh sedikitpun. Semua terdiam dalam pikiran masing-masing. Hingga polisi datang dan membawa serta ayah Nella.

0 komentar:

Posting Komentar

Budayakan memberi komentar ya guys!