“Anna……cepat keburu
siang!” teriak ibunya dari luar sambil menyiapkan sarapan.
“Iya bu”, jawabku dari
dalam kamar. Aku harus semangat untuk menyambut awal pekan ini. Beberapa menit
kemudian aku keluar kamar.
Ups, sudah pukul 06.00.
padahal aku belum sarapan. Cepat aku menuju meja makan dan mengambil sarapan
yang telah disediakan ibu. Kulahap sarapanku secepat yang aku bisa. Kulirik jam
tanganku, pukul 06.10. segera kuhabiskan segelas susu putih kesukaanku. Aku
berlari kearah jalan. Hup! Tepat pukul 06.15, aku duduk di bangku halte.
Tak berapa lama sebuah
bus berhenti. Kulangkahkan kakiku ke dalam bus. Kucari-cari bangku kosong. Dari
bangku belakang kulihat ada yang melambaikan tangan ke arahku.
“Anna!”
Ternyata Tyas, sahabat
baikku. Dia menyuruhku duduk di bangku kosong di sebelahnya. Aku melangkah ke
arahnya.
“Hai! Pagi-pagi kok
keringetan. Belum mandi ya?” canda Tyas menyambutku.
“Nggak, tadi bangunku
agak kesiangan.” Jawabku tersenyum.
Tyas membalasku dengan
senyum. Dia memang suka bercanda. Kami melanjutkan perbincangan kami hingga tak
terasa bus berhenti di depan SMA DUTA NEGERI.
@@@
Mataku terasa sangat berat.
Di depan, Bu Agustin menuliskan rumus-rumus. Tak henti-hentinya guru itu
menjelaskan, tak peduli murid-muridnya yang sudah “sekarat”. Ku keluarkan hp-ku, segera kuganti simcard hp-ku dengan
simcard baru yang kubawa. Kutekan nomor hp Bu Agustin.
MAMA!
DI TELPON! MAMA! DITELPON!
Seluruh kelas tertawa,
Bu Agustin tampak menahan malu. Di pukulnya meja guru berkali-kali sambil
mengeluarkan hp-nya, kelas segera tenang. Bu Agustin tampak mengerutkan alis,
kemudian ditekannya tombol hp-nya.
“Halo!” kata Bu
Agustin.
Hening.
“Halo” ulang Bu
Agustin.
Sayup-sayup terdengar
rekaman dari hp-ku. Aku tersenyum. Murid-murid segera memanfaatkan waktu untuk
sekedar mengobrol dengan teman sebangku. Kulihat teman-teman mulai senang. Bu
Agustin masih berusaha menjawab ocehan “peneleponnya”. Tiba-tiba kelas sunyi
kembali. Tapi Bu Agustin tetap tak peduli.
Tok! Tok! Tok!
Muka Bu Agustin tampak
memerah. Cepat-cepat dimasukkan hp-nya. Pak Ilyas, Kepala Sekolahku berdehem. Dengan
malu-malu Bu Agustin menunduk kepada Pak Kepala Sekolah.
“Mari, Bu! Ke ruangan
saya!” kata Pak Sudi.
“Tapi, Pak! Saya………”
sanggah Bu Agustin.
“Dilarang menelepon
saat mengajar! Aturan harus dipatuhi!” sela kami serentak. Kami tertawa
bersama. Akhirnya Bu Agustin menyerah, ia mengikuti Pak Ilyas. MERDEKA!!!
Segera kuganti
simcard-ku, kulihat ada SMS masuk. Segera kubuka, Dari Tyas.
Km
koq uZil bgt?!
Segera kubalas SMS Tyas.
gpp
kali… he.he.he…??
Kuhabiskan sisa jam
pelajaran sambil ber-SMS ria dengan Tyas.
@@@
Huh! Segar!
Kulepas mukenaku. Aku
berjalan ke kelas. Kulihat jam tanganku, masih sepuluh menit. Kelas tampak
sangat ramai. Tapi keramaian kali ini tak seperti biasa, Tyas menangis di
bangkunya! Kuhampiri mejanya, setelah kusimpan mukenaku.
“Ada apa?” tanyaku pada Adit, ketua kelasku.
“Kalung Tyas hilang”
jawabnya pendek.
“Kalung dari ibunya
itu?”
“Emang yang mana lagi?”
Kuhampiri Tyas, air
matanya menetes. Teman-teman kebingungan. Aku hanya bisa menghiburnya. Aku tak tahu
dimana kalung itu hilang.
@@@
Hari ini Tyas nggak
masuk. Dari surat izinnya aku tahu kalau dia sakit. Tyas memang pendiam, dan
hatinya mudah tersentuh. Mungkin ia sakit karena kehilangan benda berharganya. Aku
ingat dia pernah cerita “Sejak ibuku meninggal, kalung ini aku anggap sebagai
ganti ibuku.”
Kulangkahkan kakiku ke
mushola. Disana sudah banyak murid, kebanyakan dari mereka anak rohis. Aku
segera berwudhu untuk melakukan sholat dhuha.
“Na!” seseorang
menyentuh bahuku. Aku segera menengok, Kak Nur.
“Ada apa, Kak?”
“Tyas nggak masuk ya?”
Aku hanya mengangguk.
“Ini” kak Nur
mengeluarkan sesuatu dari kantungnya.
“Ini tadi ditemuin
Nadia di bawah almari mushola.”
“Makasih ya, Kak!”
setelah kuterima, aku segera menuju ke kelasku. Masih tiga menit sebelum jam
pelajaran selanjutnya. Kutunggu jam selanjutnya sambil mengamati kalung Tyas.
Kalung itu dari emas putih, dengan biji mutiara di tengahnya. Segera kuletakkan
kalung itu ke laci mejaku saat bel berbunyi. Kelas mulai penuh. Teman-teman berhamburan
masuk.
Bu Indah masuk dan
menghampiriku.
“Anna……ikut saya sekarang,
bawa barang kamu!”
Aku segera membereskan
barang-barangku, kuikuti Bu Indah ke ruang guru. Aku terpilih sebagai wakil
sekolah untuk mengikuti olimpiade Matematika. Besok aku akan berangkat ke Balai
Kota. Acara dimulai pagi hari sehingga aku tidak sempat ke sekolah.
@@@
Aku berlari-lari di
lorong sekolah. Segera kutuju mejaku. Kumasukkan tanganku ke laci meja.
Jantungku berdetak kencang. Aku putus asa, tubuhku terasa lemas hingga tak
terasa aku terduduk di bangku. Ingin rasanya menangis. Kuedarkan pandangku ke seluruh
kelas. Di pintu kelas, kulihat sesosok tubuh berdiri. Tyas. Ia berjalan ke arah
mejanya. Kami saling bertatapan, tapi kurasa ada aura lain terpancar dari
wajahnya. Aku tersenyum padanya, tapi ia tak membalas. Ia segera keluar kelas. “Hm…
aneh” batinku tapi aku tak menghiraukan.
Kukeluarkan hp, kukirim
pesan untuk Tyas.
Hai!
Dah sembuh?
Segera kukirim pesan.
Tak seperti biasa, Tyas
tak segera membalas pesanku. Hingga bel bunyi, tak ada balasan. Aku menyerah. Dia
melewati mejaku tapi aneh dia tak menengok sedikitpun ke arahku. Kuhampiri
mejanya.
“Hai, Yas!” sapaku
perlahan.
Tyas tak menjawab
sedikitpun. Tiba-tiba ia berlari keluar kelas, sekilas kulihat air matanya
menetes.
“Ada apa dia?” tanyaku pada Azkia, teman
sebangku Tyas.
“BUAT APA TANYA-TANYA? DASAR
MALING?” bentaknya padaku, membuat seluruh kelas menatapku.
Kulihat mereka menatap
aneh kearahku.
@@@
Berbulan-bulan aku tak bicara
dengan Tyas. Seakan kami tak pernah mengenal. Kini kami kelas dua SMA. Kami berada
dalam satu kelas lagi tapi rasanya hati kami seakan berbeda dunia. Persahabatan
kami semakin merenggang. Sebenarnya aku ingin jelaskan padanya kejadian yang
sebenarnya. Tapi dia selalu menghindar ketika aku mendekat.
Sahabat…
Aku tahu
Ini hanya salah
duga
Tak ingin
kusakitimu
Membuat jurang
antara kita
Membangun
dinding di muka kita
Yang kumau…
Dengarlah aku
Ingatlah aku
Ukirlah aku di
hatimu
Menjadi
sahabatmu
Temanmu
Saudaramu
Menutup
luka hati kita
Menjahit
semua…
Yang
memisahkan kita
Agar
jalan kembali lurus
Sungai
kembali mengalir
Angin
kembali berhembus
Dengarlah
sahabatku
Semoga
kau tahu
0 komentar:
Posting Komentar
Budayakan memberi komentar ya guys!