Share Your Hobby!

Sabtu, 06 Oktober 2012

WE ARE NOT FRIEND AGAIN

20.09 Posted by SakhaN , No comments

“Anna……cepat keburu siang!” teriak ibunya dari luar sambil menyiapkan sarapan.
“Iya bu”, jawabku dari dalam kamar. Aku harus semangat untuk menyambut awal pekan ini. Beberapa menit kemudian aku keluar kamar.
Ups, sudah pukul 06.00. padahal aku belum sarapan. Cepat aku menuju meja makan dan mengambil sarapan yang telah disediakan ibu. Kulahap sarapanku secepat yang aku bisa. Kulirik jam tanganku, pukul 06.10. segera kuhabiskan segelas susu putih kesukaanku. Aku berlari kearah jalan. Hup! Tepat pukul 06.15, aku duduk di bangku halte.
Tak berapa lama sebuah bus berhenti. Kulangkahkan kakiku ke dalam bus. Kucari-cari bangku kosong. Dari bangku belakang kulihat ada yang melambaikan tangan ke arahku.
“Anna!”
Ternyata Tyas, sahabat baikku. Dia menyuruhku duduk di bangku kosong di sebelahnya. Aku melangkah ke arahnya.
“Hai! Pagi-pagi kok keringetan. Belum mandi ya?” canda Tyas menyambutku.
“Nggak, tadi bangunku agak kesiangan.” Jawabku tersenyum.
Tyas membalasku dengan senyum. Dia memang suka bercanda. Kami melanjutkan perbincangan kami hingga tak terasa bus berhenti di depan SMA DUTA NEGERI.
@@@


Mataku terasa sangat berat. Di depan, Bu Agustin menuliskan rumus-rumus. Tak henti-hentinya guru itu menjelaskan, tak peduli murid-muridnya yang sudah “sekarat”. Ku keluarkan hp-ku, segera kuganti simcard hp-ku dengan simcard baru yang kubawa. Kutekan nomor hp Bu Agustin.
MAMA! DI TELPON! MAMA! DITELPON!
Seluruh kelas tertawa, Bu Agustin tampak menahan malu. Di pukulnya meja guru berkali-kali sambil mengeluarkan hp-nya, kelas segera tenang. Bu Agustin tampak mengerutkan alis, kemudian ditekannya tombol hp-nya.
“Halo!” kata Bu Agustin.
Hening.
“Halo” ulang Bu Agustin.
Sayup-sayup terdengar rekaman dari hp-ku. Aku tersenyum. Murid-murid segera memanfaatkan waktu untuk sekedar mengobrol dengan teman sebangku. Kulihat teman-teman mulai senang. Bu Agustin masih berusaha menjawab ocehan “peneleponnya”. Tiba-tiba kelas sunyi kembali. Tapi Bu Agustin tetap tak peduli.
Tok! Tok! Tok!
Muka Bu Agustin tampak memerah. Cepat-cepat dimasukkan hp-nya. Pak Ilyas, Kepala Sekolahku berdehem. Dengan malu-malu Bu Agustin menunduk kepada Pak Kepala Sekolah.
“Mari, Bu! Ke ruangan saya!” kata Pak Sudi.
“Tapi, Pak! Saya………” sanggah Bu Agustin.
“Dilarang menelepon saat mengajar! Aturan harus dipatuhi!” sela kami serentak. Kami tertawa bersama. Akhirnya Bu Agustin menyerah, ia mengikuti Pak Ilyas. MERDEKA!!!
Segera kuganti simcard-ku, kulihat ada SMS masuk. Segera kubuka, Dari Tyas.
Km koq uZil bgt?!
Segera kubalas SMS Tyas.
gpp kali… he.he.he…??
Kuhabiskan sisa jam pelajaran sambil ber-SMS ria dengan Tyas.
@@@

Huh! Segar!
Kulepas mukenaku. Aku berjalan ke kelas. Kulihat jam tanganku, masih sepuluh menit. Kelas tampak sangat ramai. Tapi keramaian kali ini tak seperti biasa, Tyas menangis di bangkunya! Kuhampiri mejanya, setelah kusimpan mukenaku.
“Ada apa?” tanyaku pada Adit, ketua kelasku.
“Kalung Tyas hilang” jawabnya pendek.
“Kalung dari ibunya itu?”
“Emang yang mana lagi?”
Kuhampiri Tyas, air matanya menetes. Teman-teman kebingungan. Aku hanya bisa menghiburnya. Aku tak tahu dimana kalung itu hilang.
@@@

Hari ini Tyas nggak masuk. Dari surat izinnya aku tahu kalau dia sakit. Tyas memang pendiam, dan hatinya mudah tersentuh. Mungkin ia sakit karena kehilangan benda berharganya. Aku ingat dia pernah cerita “Sejak ibuku meninggal, kalung ini aku anggap sebagai ganti ibuku.”
Kulangkahkan kakiku ke mushola. Disana sudah banyak murid, kebanyakan dari mereka anak rohis. Aku segera berwudhu untuk melakukan sholat dhuha.
“Na!” seseorang menyentuh bahuku. Aku segera menengok, Kak Nur.
“Ada apa, Kak?”
“Tyas nggak masuk ya?”
Aku hanya mengangguk.
“Ini” kak Nur mengeluarkan sesuatu dari kantungnya.
“Ini tadi ditemuin Nadia di bawah almari mushola.”
“Makasih ya, Kak!” setelah kuterima, aku segera menuju ke kelasku. Masih tiga menit sebelum jam pelajaran selanjutnya. Kutunggu jam selanjutnya sambil mengamati kalung Tyas. Kalung itu dari emas putih, dengan biji mutiara di tengahnya. Segera kuletakkan kalung itu ke laci mejaku saat bel berbunyi. Kelas mulai penuh. Teman-teman berhamburan masuk.
Bu Indah masuk dan menghampiriku.
“Anna……ikut saya sekarang, bawa barang kamu!”
Aku segera membereskan barang-barangku, kuikuti Bu Indah ke ruang guru. Aku terpilih sebagai wakil sekolah untuk mengikuti olimpiade Matematika. Besok aku akan berangkat ke Balai Kota. Acara dimulai pagi hari sehingga aku tidak sempat ke sekolah.
@@@

Aku berlari-lari di lorong sekolah. Segera kutuju mejaku. Kumasukkan tanganku ke laci meja. Jantungku berdetak kencang. Aku putus asa, tubuhku terasa lemas hingga tak terasa aku terduduk di bangku. Ingin rasanya menangis. Kuedarkan pandangku ke seluruh kelas. Di pintu kelas, kulihat sesosok tubuh berdiri. Tyas. Ia berjalan ke arah mejanya. Kami saling bertatapan, tapi kurasa ada aura lain terpancar dari wajahnya. Aku tersenyum padanya, tapi ia tak membalas. Ia segera keluar kelas. “Hm… aneh” batinku tapi aku tak menghiraukan.
Kukeluarkan hp, kukirim pesan untuk Tyas.
Hai! Dah sembuh?
Segera kukirim pesan.
Tak seperti biasa, Tyas tak segera membalas pesanku. Hingga bel bunyi, tak ada balasan. Aku menyerah. Dia melewati mejaku tapi aneh dia tak menengok sedikitpun ke arahku. Kuhampiri mejanya.
“Hai, Yas!” sapaku perlahan.
Tyas tak menjawab sedikitpun. Tiba-tiba ia berlari keluar kelas, sekilas kulihat air matanya menetes.
“Ada apa dia?” tanyaku pada Azkia, teman sebangku Tyas.
“BUAT APA TANYA-TANYA? DASAR MALING?” bentaknya padaku, membuat seluruh kelas menatapku.
Kulihat mereka menatap aneh kearahku.
@@@

Berbulan-bulan aku tak bicara dengan Tyas. Seakan kami tak pernah mengenal. Kini kami kelas dua SMA. Kami berada dalam satu kelas lagi tapi rasanya hati kami seakan berbeda dunia. Persahabatan kami semakin merenggang. Sebenarnya aku ingin jelaskan padanya kejadian yang sebenarnya. Tapi dia selalu menghindar ketika aku mendekat.
Sahabat…
Aku tahu
Ini hanya salah duga
Tak ingin kusakitimu
Membuat jurang antara kita
Membangun dinding di muka kita
Yang kumau…
Dengarlah aku
Ingatlah aku
Ukirlah aku di hatimu
Menjadi sahabatmu
Temanmu
Saudaramu
Menutup luka hati kita
Menjahit semua…
Yang memisahkan kita
Agar jalan kembali lurus
Sungai kembali mengalir
Angin kembali berhembus
Dengarlah sahabatku
Semoga kau tahu

0 komentar:

Posting Komentar

Budayakan memberi komentar ya guys!