Suara
ringtone alarm dari hp berbunyi sangat
keras
Ya ampun aku kesiangan lagi nih, Gladys bergegas ke kamar mandi.
Gimana
nih udah jam 6.45, bisa kena semprot pak satpam lagi. Dengan cepatnya iya meraih
tas yang berisi buku yang gak karuan itu, lalu bergegas berlari turun tangga, dan
keluar rumah.
Didepan
gang jalan Gladys menunggu angkot yang akan menghantarkannya ke depan gerbang
sekolahannya. Tapi sampai 10 menit kemudian, angkot tak kunjung datang, karena
paniknya Gladys memutuskan berlari menuju sekolah yang bisa dibilang cukup
jauh.Dengan kencangnya Gladys berlari sampai tak menghiraukan ada seorang cowok
yang mengendarai motor hampir menabraknya. Bukan hamper lagi, tapi udah malah.
“Cewek
sialan, mata loe ditaruk dimana, disepatu dikalee yaa,” kata cowok itu mengomel
sebel.
“Apaaaaaaaaaaa
?? loe bilang gua cewek sialan, iyuuuh….eeh loe piker loe sapa, seenaknya
manggil gue gitu,” kata Gladys menyahuti.
Meskipun
diluarnya Gladys sebel sama cowok itu, tapi sebetulnya beda dengan hatinya. Bisa
dibilang Gladys itu terpesona dengan cowok yang mengatainya tadi.
“Heellooooo,
kenapa? Kamu takjub ya sama kegantengan gue? ya kan? ngaku aja dech, semua juga
pada bilang gitu kog,” kata cowok itu sok PD.
“Idiiiich,
GAAAAAAAAANTEEEEEENG ????? gausah sok kepedean,” cetus Gladys.
Yaaampun gua telat nich, Gladys langsung lari pake
langkah seribu, habis cepet banget larinya.
Sementara
cowok itu masih ditempatnya dengan mata melongo dan polosnya, lalu berkata, ”dasar
cewek aneh.”
Bener
dugaan Gladys, dia telat lagi, dan kali ini baru ingat kalau hari ini adalah
giliran pak killer si guru piket yang paling Gladys benci bertugas. Lagi-lagi
Gladys kena semprot pak killer sebutan
untuk pak Burhan. Karena saking seringnya menghukum Gladys, pak killer sampai
bingung mau memberi hukuman apa kepada
Gladys. Mungkin karena ada malaikat, pak killer tidak memberi hukuman Gladys, malah
mengijinkannya cepat masuk ke dalam kelas.
Sesampai
dikelas Gladys langsung duduk dibangku kesayangannya yang terletak diurutan 2
dari belakang. Dengan sigap Gladys mengikuti pelajaran, meskipun Gladys anak
yang ceroboh, males-malesan, dan suka telat, tapi Gladys gak kalah dalam
berprestasi. Bisa dibilang Gladys merupakan anak pintar disekian banyak kelas.
Seancur
tampilannya Gladys masih ada yang suka lho?? Cowoknya juga gak jelek-jelek
banget, standarlah, namanya Rolan. Rolan Syahputra.
Sebenarnya Gladys itu gadis yang cantik, akan tetapi
karena tampilannya yang super tomboy itu, maka banyak orang yang tak
meliriknya.
Disuatu
hari Gladys telat masuk kelas lagi. Gladys
berlari tergesa-gesa kekelas, tak sengaja saat itu ia menabrak seorang
cowok yang sedang berjalan dengan guru yang mengajarnya jam ini. Tapi Gladys
merasa begitu familiar dengan cowok itu.
“Gladys,”
suara kencang pak guru
Suara
itu membuyarkan lamunan Gladys kepada
cowok itu.
“Iya
pak,” jawab Gladys secepatnya.
Ekspresi
pak guru itu mengisyaratkan Gladys agar segera masuk dan duduk dibangkunya. Tanpa
menjawab, Gladys lalu menuju bangkunya. Seketika murid-murid bersorak-sorak saat melihat orang yang berada disamping pak
guru.
“Anak-anak
mulai hari ini kalian dapat teman baru, dia pindahan dari Bandung,” pak Salih
mulai membuka pembicaraan, lalu guru itu menoleh ke si anak baru seolah meminta anak itu memperkenalkan
dirinya sendiri.
“Nama
saya Revanaldo Newtona, panggil aja Revan,” kata cowok itu memperkenalkan diri.
Pak
Salih menegdarkan pandangan ke sekeliling kelas.
“Kamu
bisa duduk disana,” kata pak Salih, tangannya menunjuk meja dan bangku yang
sebelahnya kosong.
“Makasih
pak”,kata jawab Revan.
Revan
duduk dibangku yang ditunjuk pak Salih.
“Hai
kita ketemu lagi cewek sialan,” ceplos Revan tanpa basi-basi.
Gladys
sekarang ingat siapa cowok itu ternyata yang tempo kemaren yang menabraknya
dijalan.
“Loe
gak usah mancing emosi gua ya, gua lagi gak pengen berdebat sama loe,” jawab
Gladys dengan ketus.
Gladys
masih gak percaya kalau cowok nyebelin itu satu sekolahan dengannya, bukan satu
sekolahan lagi bahkan sekelas dan sebangku.
“Ooouwh
maaay guat dunia ini terasa mau runtuh saat ini,” batin Gladys dalam hati.
Gak
disangka Revan bersekolah di SMA Tribakti, sudah banyak temennya, walau
rata-rata banyak cewek sich. yaah walau menurut Gladys itu bukan suatu masalah
karena kalau dilihat-lihat Reavan itu lumayan okelah …
“Kenapa
gua jadi mikirin Revan sich, STOP GLADYS itu tidak boleh terjadi,” pikir Gladys
Gosip
yang beredar ternyata Revan bersahabat lama dengan dengan Rolan serta Bima, adek
Rolan. Gladys masih belum bisa mempercayai semua ini. Ternyata memang benar
dunia memang mau runtuh deh.
Seminggu
setelah penjajakan, sekolah akan
mengadakan acara kemah dipuncak. Kemah
tersebut khusus diikuti siswa siswi kelas 3.
Setelah
Gladys beres-beres menyiapkan semua
perlengkapan untuk kemah, Gladys capek banget, dan pengen tidur. Tapi malam itu
gak tau kenapa gak bisa tidur dan terus saja memikirkan hal-hal menyenangkan
dan mengasyikan dipuncak nanti.
“Gladys
??,” panggil mamanya
“iya
mah,ada apa ??,” jawab Gladys
Tumben
banget mama memanggilku, biasanya aja masa bodoh dengan perbuatanku.
“kamu
belum tidur kan sayang, kesini mama punya sesuatu buat kamu.” Perintah mama.
“belum
ma, wooookeeeh (jawaban andalannya) Gladys kesitu,” seru Gladys.
Gladys
masih tak percaya mamanya memanggilnya dengan sebutan SAYANG, tak ada angin
hujan badai, kenapa bisa begitu ya.
Dengan
perlahan-lahan turun dari kasur, Gladys menuju kamar mamaa, dengan pelan-pelan
Gladys melangkah. Samai dikamar mamanya, Gladys melihat mamanya sedang membawa
sebuah kotak cukup besar.
“uupss,”
aku cukup terkejut saat mama membalikkan
badannya. Habisnya muka mama kayak
H-A-N-T-U sich..yaaampun mama sendiri masak dibilang hantu .
Lalu
Gladys mendekati mama.
“ini
sayang buat kamu,” dengan suara pelan mama, sambil memberikan kotak yang cukup
besar itu kepadaku
“apa
ini mah,” tanyaku heran
“ini
kado ultah kamu sayang, mama kan jarang memberimu sesuatu yang istimewa,” jawab
mama dengan masih memegang mukanya yang maskernya retak-retak karena kebanyakan
bicara.
“maksih
maa, mama baek banget dech,” dengan kegirangan sambil memeluk mamanya.
“yaudah
deh ma, aku kekamar dulu ya, udah nagntuk nih,” sambil masih terus melihat
kotak itu, lalu melangkah keluar.
Pagi-pagi
anak-anak sudah berkumpul dihalaman SMA Tribakti untuk mendapat pengarahan dari Kepala
Sekolah. Setelah itu kami semua menuju bis yang sudah diatur oleh guru Pembina.
Dan yang bikin Gladys kaget, ketika Gladys melihat Revan cowok nyebelin itu ada
dibis yang akan Gladys tumpangi. Kelihatannya sudah nasib Gladys ketemu itu
anak terus.
Diperjalan
kami semua bernyanyi-nyanyi riang
gembira. Wajah gembira terpamang jelas diraut muka teman-temanku. Tak terasa
perjalanan ini sampai ditempat tujuan, kami memasuki villa yang telah disediakan.
“huuuuah
capeknya,” kataku dengan malas.
Gladys
menuju kamarnya yang telah ditentukan. Gladys sekamar dengan Dian,Ayu,dan Ersa.
Haduh tapi sialnya kamar Gladys bersebrangan dengan kamar Revan, bĂȘte gak tuh.
Malam
harinya diadakan pesta api unggun.
Tapi
entah kenapa Gladys malah menyendiri ditempat laen.
“Gladys,
kan?,”
Gladys
menoleh.
“yaampun
itu cowok ngapain sich menghampiri aku, bukannya pesta belum selesai ya.” batin Gladys.
“heeeh,
kog malah bengong sich,” getak Revan membuyarkan lamunan Gladys.
“sapa
yang bengong, heh cowok aneh ngapain loe disini, pergi sana, gua lagi pengen
sendiri dulu,” bentak Gladys kepada cowok itu.
“jadi
cewek, kog galak banget sich kamu, aku kesini pengen cari udara segar. Ee gak
taunya ketemu kamu disini, makanya aku menyapamu,” jawab Revan memulai percakapan.
Gladys
tetep tidak menjawab apa-apa, dia hanya tetap terdiam.
Beberapa
menit tempat itu menjadi sunyi senya, bukan karena tidak ada penghuninya, tetapi
dua makhluk ditempat itu hanya terdiam seperti orang membisu.
Pukul
06.00,kami semua berkumul untuk memulai petualangan menyusuri perkebunan the yang cukup luas. Satu kelompok
di isi oleh 4 orang ,2 siswa,dan 2 siswi. Gladys terpilih menjadi ketua
kelompok 2 , dan anggota ku terdiri dari Ayu,Rama,Revan.
“apaaa,
Revan ??????,” kataku kaget.
“pak
boleh gak, kalau Revan diganti dengan Rolan, boleh ya pak?” sambil berusaha
merayu-rayu.
“tidak
bisa, ini sudah keputusan semua guru jadi tidak bisa diubah-ubah kembali,” jawab
pak guru dengan tegas.
“tapiii
pak….,”
“tidak
ada tapi-tapi, cepat kalian persiapkan barang yang disuruh tadi, ingat 15 menit
lagi kita berangkat!”
Dengan
perasaan kecewa Gladys memutuskan untuk menerima Revan dikelompoknya.
15
menit berlalu, dan kami sudah tiba diperkebunan teh, sebelum kami berpetualang,
kami mendapat instruksi dari guru-guru.
Gladys
membagi menjadi 2 untuk cepat
menyelesaikan tantangan itu. Ayu dan Rama mencari bendera warna hitam, sedangkan
Gladys dan Revan mencari warna putih.
Samai
ditikungan jalan kami berdua memisah dari Ayu dan rama, itu dimaksudkan agar
cepat menemukan bendera, dan berhasil menyelesaikan tantangan.
Tapi
samai kunjung sore Gladys dan Revan tak menemukan bendera lanjutan, malah
kayaknya mmereka berjalan semakin jauh dari tempat semula, bisa dikatakan mereka
berdua tersesat. Gladys mulai panik, karena tidak kunjung menemukan jalan
semula. Gladys semakin panik ketika matahari berganti menjadi bulan, wajahnya
begitu menunjukkan betapa ketakutannya saat itu. Revan meraih tangan Gladys dan
memegang erat-erat tangannya.
“jangan
pergi jauh-jauh dariku, aku tau kamu begitu ketakutan ditengah jalan perkebunan
ini, tapi percayalah padaku, aku akan membawamu keluar dari sini,” mencoba
meyakinkan Gladys.
“mendengar
ucapannya membuat hatiku tersentuh, dan hanya bisa manggut-manggut saja,”
Mereka
menyusuri jalan-jalan setapak perkebunan dengan bergandengan tangan dibawah
sinar rembulan yang begitu indah di malam ini,
-----------------------------THE
END------------------------
By : Claudea cantikasari
(SMAN 2 Surakarta)
0 komentar:
Posting Komentar
Budayakan memberi komentar ya guys!